MISTERI HILANGNYA BUKU DI RAK POJOK BACA KELAS
Oleh : Liyana Fadila
Siswa dan siswi kelas 4 SD 2 Harapan Bunda sedang dihebohkan oleh hilangnya
buku-buku yang ada di rak pojok baca dalam kelas. Yang unik adalah, dia hanya mencuri
buku-buku sains dan cerita moral saja, kedua, dia selalu mengembalikan
buku-buku itu setelah beberapa waktu, dengan rapi ke tempat semula.
Seolah-olah, dia meminjam, tapi tidak bertanya ataupun izin terlebih dahulu
pada guru wali kelas 4. Ia melakukannya dengan rapi yakni pada saat malam hari.
Selang beberapa waktu dari kejadian itu, kabar hilangnya buku di rak
pojok baca kelas 4 pun menyebar dengan cepat ke kelas lain. Seorang
siswa kelas 5 SD, Yofa yang terkenal sebagai detektif oleh teman-temannya,
menaruh curiga atas kejadian yang terjadi di kelas 4 tersebut. Yofa sangat yakin
ada tujuan tertentu dibalik pencurian buku di rak pojok baca kelas itu.
Hari itu Yofa bersama dengan seorang teman sekelasnya,
Youlla sedang berjalan bersama dilorong
kelas menuju kantin. Kemudian ditengah perjalanan Youlla bertanya pada Yofa.
“Apakah kamu menaruh curiga dengan hilangnya
buku-buku yang ada di rak pojok baca kelas 4?”
“ Ya, tentu saja. Yah, seperti teoriku yang
selalu aku ceritakan padamu bahwa di setiap misteri, tidak mungkin hantu! Ya
kan, La?” Tanya Yofa dengan serius.
“Yang menarik perhatianku dikasus ini adalah dia
selalu mengembalikan buku setelah beberapa hari. Untuk buku yang cukup tebal,
dia terkadang butuh waktu beberapa minggu. Sepertinya, siapapun dia, dia
membaca buku-buku itu, dan ini bukan hantu yang melakukannya” Kata Youlla,
tidak kalah serius.
Dua wajah mereka berdua terlihat imut, ketika sedang
serius. Seperti ada pemikiran yang bertanggungjawab dan dewasa di dalam tubuh
dua anak kecil pintar nan sopan itu.
Mereka berdua pun berjalan kembali menuju
kantin. Kebetulan, untuk menuju kantin sekolah mereka harus melewati lorong
kelas 4 dan Yofa bertemu dengan Jingga salah seorang siswi kelas 4.
“Yofa, Tolong
selidiki kasus hilangnya buku di rak pojok baca kelas 4 ini, deh. Apakah kamu
punya petunjuk?” tanya Jingga dengan serius.
Yofa ditemani oleh Youlla kemudian masuk ke
dalam ruang kelas 4. Mereka berdua mulai menyelidiki pojok kelas menuju bagian
rak-rak buku yang ada di kelas tersebut. “Ada pensil dari bahan bambu” Gumam
Yofa
Kawan-kawan, apa hanya ini petunjuk yang ada?”
Tanya Yofa sedikit bingung. pensil bambu, barang itu tidak mungkin milik Jessy,
Lani, Bobby, Frederick, dan Peter. Di kelas 4 ini mereka kebanyakan anak orang
kaya jadi tidak mungkin.
“Tersangkanya hanya ada tiga kemungkinan Heri,
dan Santi. Tapi, meskipun Heri agak miskin, dia tak pernah memakai barang yang
dia beli sendiri, dia selalu menggunakan alat tulis yang diberikan oleh
sekolah. Jadi hanya ada Santi. “Tapi, kalau dilihat-lihat Santi juga tidak
terlalu suka membaca buku…” Yofa berpikir.
“Anak kelas lain juga sepertinya tidak. Dari
kelas lain, semuanya kaya raya. Tapi, menyedihkannya mereka sombong.” Gumam Youlla.
Youlla pun menepuk punggung Yofa. “ Fa, aku
bingung dengan petunjukkanya. Sepertinya kita harus bertindak cepat. Bagaimana
kalau kita malam-malam datang ke sekolah untuk menyergap pencurinya. Ini semua
sangat menarik perhatianku, Yofa.” Kata Youlla, sembari nyengir.
“Okey! Baiklah! Rasa penasaranku ini juga
sangat mengangguku. Ayooo, kita kantin dulu, Aku mau beli air mineral.” Jawab Yofa.
“ Baiklah... Jam 7 malam, di depan ruang kelas
4, bawa senter sama buku catatan. Aku akan bawa kamera. Pasti pak Sandi mengizinkan
kita!” Pak Sandi adalah petugas keamanan di sekolah mereka di SD 2 Harapan
Bunda.
Jam 7 malam. Yofa juga Youlla memakai pakaian
yang mirip dengan ninja tak lupa hanya kedua mata mereka saja yang terlihat.
Agar lebih terlihat samar. Mereka pun mulai masuk ke dalam ruang kelas 4
setelah memberi salam dan diberikan izin oleh Pak Sandi. “ Oh iya,
ngomong-ngomong, gimana si pencuri bisa kabur? Kan, pak Sandi selalu jaga di
sekolah.” Yofa bertanya pada Youlla.
Youlla kemudian menunjuk pada sebuah pintu
rahasia. Pintu itu agak kecil hanya muat dilewati oleh satu orang saja “Orang
yang kurus dan kecil bisa melewatinya. Dan pintu itu tidak memakai password.
Bagian pintu itu tidak diawasi CCTV. Entahlah, mungkin Pak Seno lupa.” Tawa Youlla.
Pak Seno merupakan wakil kepala sekolah bagian
sarana dan prasarana di sekolah mereka.
Saat sampai di ruang kelas 4., “Itu dia!
Tangkap!” Yofa begitu juga Youlla pun bergerak cepat menghadang si pencuri. Dia
memakai topeng monyet.
“Yofa ayo kita buka topengnya!” Bisik Youlla.
Yofa pun membuka topeng si pencuri. “Fatih?” Yofa
dan Youlla pun terlihat kaget.
“Ya, aku Fatih.” Bisik pencuri yang ternyata
adalah Fatih, seorang murid kelas 4 dan merupakan anak dari salah satu ibu pemilik
warung di kantin sekolah dan Ayah Fatih adalah seorang pekerja di home industri
sebagai pengrajin bambu.
“Kenapa kamu mencuri buku-buku di pojok baca
kelas ini, Fatih?” Tanya Youlla
“Aku tak mencuri. Aku hanya meminjamnya.” Fatih
membela diri, namun dengan nada sedikit pasrah.
“Kamu itu dihitung mencurinya juga, meski
sedikit. Kamu mengembalikannya lagi, tapi kamu tidak bilang dengan wali kelasmu.
Wali kelasmu sebagai pengelola kelas ini berhak tau dan ketika kamu akan
meminjamnya kamu diharuskan untuk izin terlebih dahulu” Kata Yofa.
“Asal kalian tau saja ya, Adik-adikku dan aku
ingin pintar. Aku tidak punya cukup uang untuk membeli buku. Ayahku hanya bisa membelikanku
peralatan sekolah saja. Jadi, Aku pun meminjam buku secara diam-diam di kelas
ini. Bukunya bagus-bagus, banyak lagi. Aku takut memberi tahu wali kelasku
bahwa aku ingin pinjam buku di rak pojok baca ini karena…”
“Karena apa?” tanya Youlla.
Fatih
pun menjawab dengan nada lirih, “Bony, teman kelas kalian yang sombong itu,
bilang padaku saat dikantin bahwa cuma anak kaya yang boleh membaca buku bagus
dan banyak. Sebenarnya dia tau, kok, aku pencurinya.”
“ Ya ampun Fatih, kalo kamu butuh sesuatu, kamu
bilang aja! Jangan takut! Dan sebaiknya kamu harus bilang, jelaskan semuanya
dengan jelas. Karena, nanti kamu yang disalahkan karena semua orang sudah salah
paham. Oh, iya lain kali kamu jangan dengarkan Bony, ya. Bony emang gitu
orangnya.”
“Kami akan bercerita pada wali kelas 4 dan kepala
sekolah.” Kata Youlla.
“Kamu mau mengadukanku?” tanya Fatih dengan
nada sedih.
“Oh, tentu tidak! Aku mau bercerita tentang
kamu ingin pintar, siapa tau kamu bisa dapet beasiswa ke sini. Pengetahuan itu
milik semua orang, dan belajar itu hak dari semua orang Fatih.” Yofa pun
tersenyum, kemudian merangkul Fatih tanda sayang.
Akhirnya, semua masalah dan kegaduhan yang
terjadi selama ini di kelas 4 sudah terselesaikan.Yofa, Youlla dan Fatih pun pulang
ke rumah mereka masing-masing. Yofa dan Youlla pun akhirnya berhasil memecahkan
kasus ini.
Esok harinya, Yofa dan Youlla menjelaskan semua
kejadian yang terjadi kepada wali kelas 4 dan kepala sekolah. Bony yang
merupakan kelas 5 mendapatkan teguran dari Kepala Sekolah, sedangkan Fatih dia mendapatkan
beasiswa pertukaran siswa ke SD Tunas Harapan 1.